Thursday, December 15, 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN INFARK MIOKARDIUM

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN INFARK MIOKARDIUM

A. PENGERTIAN

Infrak miokardium adalah penyumbatan sebagian atau total satu atau lebih arteri koroner. Atau disebut juga dengan radang otot jantung atau miokard yang dapat di sebabkan oleh trombus, virus dan bakteri.

B. ETIOLOGI

Infrak miokardium dapat disebabkan oleh :
1. Trombus menyumbat arteri.
2. Spasme arteri koroner.
3. Peradangan akibat penyakit.
4. Latihan fisik yang berlebihan.
5. Stress pada penyakit arteri koroner signifikan.
6. infeksi virus, seperti cocksakie virus, polimielitis.
7. Bakteri.

C. MANIFESTASI KLINIS

Keluhan khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas – remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan, bahu, leher, rahang, bahkan punggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pectoris dan tak responsif terhadap nitrogliserin. Nausea atau muntah, berkeringat, nafas dangkal, pusing, berdebar – debar atau sinkope. Pasien sering tampak ketakutan, kulit pucat dan hipotensi di temukan pada kasus yang relatif berat.

D. PATOFISIOLOGI

Penyumbatan arteri koroner menghilangkan O2 dan darah darimiokard ( jaringan otot jantung ). Selanjutnya terjadi kematian jaringan miokard.
Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA ( Infark Miokard Akut ) yaitu komplikasi hemodinamik dan aritmia. Setelah terjadiIMA daerah miokard setempat akan memperlihatkan penonjolan sistonok ( diskenesia ). Akibat penurunan enjection fraction. Tekanan akhir diastonik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri diatas 25 mmHg yang lama akan mengakibatkan transudasi cairan ke jaringan interstisium paru ( gagal jantung ). Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan konpensasi, khususnya dengan bantuan rangsangan adrenergik untuk mempertahankan curah jantung, tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang bersangkutan mengalami iskemik bahkan fibrotik. Bila infark kecil dan miokard sudah buruk akibat iskemia atau infark lama, tekana akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi.
Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi pada menit – menit atau jam – jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan – perubahan masa refrakter, daya hantar rngsangan dan kepekaan terhadap rangsangan. Sistem saraf atonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia.

E. KOMPLIKASI

1. Aritmia.
2. Brakardia.
3. Gangguan hantaran atrioventrikuler.
4. Gangguan hantaran intraventrikuler.
5. Takikardia.
6. Perikarditis.
7. Ruptur jantung dan septum.
8. Renjatan kardiogenik.
9. Tromboembolisme.
10. Aneurisme ventrikel.







PATHWAY

Spasme arteri koroner

Tek. Diastol ventrikek kiri Tek. Atrium kiri

Kompensasi miokard

P ↑ Kebt. O2

Iskemik Berkepanjangan Pemburukan Hemodinamik
Nyeri dada
Sesak, pusing, angka pectoris
Dx : Nyeri akut b.d iskemia miokard
Palpitasi, dioperesis ke takutan

Dx : Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik

















F. PENATALAKSANAAN

a) Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan medis adalah memperkecil kerusakan jantung sehingga mengurangi keungkinan terjadinya komplikasi.
Ada 3 kelas obat-obatan yang biasa digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen : Vasidalator, anti koagulan dan trombolix.
Vasadilator :
Vasadilator pilihan untuk mengurangi nyeri jantung adalah nitroglisern ( NTG ) intravena.
Antikoagulan :
Heparin adalah antikoagulan pilihan untuk membantu mempertahankan integritas jantung.
Trombolitix :
Tujuan trombolix adalah untuk melarutkan setiap trobus yang telah berbentuk di arteri koroner, memperkecil penyumbatan dan juga luasnya infark.
Pemberian oksigen terapi oksigen di mulai saat awalan nyeri analgenix. Pemberian analgenix dibatasi hanya untuk pasien yang tidak efektif di obati dengan nitrat dan anti koagulan.
b) Penatalaksanaan Keperawatan
Aktivitas / istirahat
Gejala : Lemah, lelah, tidak dapat tidur.
Tanda : Takikardi, dispnea
Sirkulasi :
Gejala : Gejala, masalah TD, DM, Penyakit arteri koroner.
Tanda : TD dapat normal / naik / turun.
Integritas ego
Gejala : Menyangkal gejala penting, takut mati → perasaan ajal sudah dekat.
Tanda : - Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontrak mata.
- Gelisah, marah, perilaku menyerang.
- Fokus pada diri sendiri / nyeri.
Eliminasi
Tanda : Bunyi usus normal.
Makanan / cairan
Gejala : Mual, kehilangan nafsu makan / bersendawa, nyeri ulu hati.
Tanda Penurunan higer kulit, berkeringat, muntah, perubahan BB.
Hygiene
Gejala / Tanda : Kesulitan melakukan perawatan diri.
Neurosensori
Gejala : pusing, kepala berdenyut, selama tidur / saat bangun.
Tanda : perubahan mental, kelemahan. Nyeri / ketidaknyamanan.
Gejala : Nyeri dada yang timbul mendadak.
Tanda : - Wajah meringis, perubahan postur tubuh.
- Menangis, merintih, meregang.
- Menarik diri, kehilangan kontak mata.

G. TES DIAGNOSTIK

Jenis pemeriksaan ↔ Interprestasi hasil
EKG Masa setelah serangan
Laboratorium Beberapa jam
Enzim Patologis dan elevasi segmen ST
Radiologi sehari / kurang seminggu
Ekokardiografi seminggu / beberapa bulan
Radiosotop setahun

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik jantung, penurunan pneloid / peningkatan tahanan vaskuler sistemik, infarik / diskinetik miokard, kerusakan struktural seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
4. Kecemasan b.d ancaman atau perubahan kesehatan status ekonomi, ancaman kematian.
5. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi tentang jantung / implikasi penyakit dan perubahan status kesehatan yang akan datang.




I. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d iskemia miokard akibat sembatan arteri koronen.
Intervensi :
• Pantau nyeri ( karakteristik, lokasi, integritas, durasi ), catat setiap respon verbal atau non verbal, perubahan hemo dinamik.
• Berikan lingkungan yang tenang dan tunjukkan perhatian yang tulus kepada klien.
• Bantu melakukan teknik relaksasi ( nafas dalam / perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi ).
• Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi :
 Antiangina seperti nitogliserin ( nitro-bid, Hitrostat, Hitro-Dur ).
 Beta-Bloker seperti atenolol ( tenormin ), (vieken ), propanolol ( inderal ).
 Analgetik seperti morfin, meperidin ( demerol ).
 Penyekat saluran kalsium seperti verapamil ( calan ), diltiazem ( prokardia ).
Rasional :
• Nyeri adalah pengalaman subyektif yang tampil dalam respon verbal non verbal yang juga bersifat individual sehingga perlu digambarkan secara rinci untuk menentukan intervensi yang tepat.
• Menurunkan rangsang eksternal yang dapat memperburuk keadaan nyeri yang terjadi.
• Membantu menurunkan persepsi-respon nyeri dengan memanipulasi adaptasi fisiologis tubuh terhadap nyeri.
• Hitrat mengontrol nyeri melalui efek vasodilatasi koroner yang meningkatkan sirkulasi koroner dan perfusi miokard.
• Agen yang dapat mengontrol nyeri melalui efek hambatan rangsang simpatik ( kontra – indikasi : Kontraksi miokard yang buruk )
• Morfin atau narkotika lain dapat dipakai untuk menurunkan nyeri hebat pada fase akut atau nyeri berulang yang tak dapat dihilangkan dengan nitrogliserin.
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik jantung, penurunan preloid / peningkatan tahanan vaskuler sistemik, infark / diskinetik miokard, kerusakan struktural seperti aneurisma vertikel dan kerusakan septum.
Intervensi :
• Pantau TD, HR, dan DN, periksa dalam keadaan baring, duduk, berdiri ( bila memungkinkan ).
• Auskultasi adanya G3, G4 dan adanya murmur.
• Auskultasi bunyi nafas.
• Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah kunyah.
• Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien.
• Pertahankan potensi IV – lines atau hiparin-lok sesuai indikasi.
• Bantu pemasangan atau pertahankan potensi pacu jantung bila digunakan.
Rasional :
• Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokord dan rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga banyak terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri, cemas, peningkatan katekolamin dan atau masalah vaskuler sebelumnya.
• G3 dihubungkan dengan GJK, regurgitasi mitral, peningkatan kerja ventrikel kiri yang disertai infark yang berat. G4 mungkin berhubungan dengan iskemia mio kard, kekakuan ventrikel dan hipertensi. Mumur menunjukkan gangguan aliran darah normal dalam jantung seperti pada kelainan katub, kerusakan septum atau vibrasi otot papilar.
• Krekels menunjukkan kongesti paru yang memungkinkan terjadi karena penurunan fungsi miokard.
• Makan dalam volume yang besar dapat meningkatkan kerja miokard.
• Meningkatkan suplai oksigen untuk kebutuhan miokard dan menurunkan iskemia.
• Jalur IV yang paten penting untuk pemberian obat darurat bila terjadi distrimia atau nyeri dada berulang.
• Pacu jantung merupakan tindakan dukungan sementara selama fase akut atau mungkin diperlukan secara permanen pada infark luas atau kerusakan sistem konduksi.
3. Intoleransi aktifitas berdasarkan dengan ketidak seimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
Intervensi :
• Pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama, dan sesudah aktivitas sesuai indikasi.
• Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas.
• Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdominal.
• Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan klien dan jelaskan pola peningkatan aktifitas bertahap.
• Kolaborasi pelaksanaan program rehabilitasi pasca serangan IMA.
Rasional :
• Menentukan respon klien terhadap aktifitas.
• Menurunkan kerja miokard atau konsumsi oksigen, menurunkan resiko komplikasi.
• Manuver valsava seperti menahan, penurunan curah jantung yang kemudian disusul dengan takikardi dan peningkatan tekanan darah.
• Ketirlibatan dalam pembicaraan panjang dapat melelahkan klien tetapi kunjungan orang penting dalam suasana tenang bersifat terauputik.
• Mencegah aktifitas berlebihan, sesuai dengan kemampuan kerja jantung.
• Menggalang kerjasama tim kesehatan dalam proses penyembuhan klien.
4. Kecemasan berdasarkan dengan ancaman atau perubahan kesehatan, status social, ekonomi, ancaman kematian.
Intervensi :
• Pantau respon verbal dan non verbal yang menunjukkan kecemasan klien.
• Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan marah, cemas atau takut terhadap situasi krisis yang dialaminya.
• Orentasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktifitas yang diharaphan.
• Kolaborasi pemberian agen terapeutik anti cemas atay sedativa sesuai indikasi.
Rasional :
• Klien mungkin tidak menunjukkan keluhan secara langsung tetapi kecemasan dapat dinilai dari perilaku verbal dan non verbal yang dapat menunjukkan adanya kegelisahan, kemarahan, penilakan, dsb.
• Respon klien terhadap situasi IMA bervariasi.
• Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien.
• Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.
5. Kurang pengetahuan b.d kurang terpejan atau salah interprotasa terhadap informasi tentang fungsi jantung atau inplikasi penyakit jantung dan perubahan status kesehatan yang akan datang.
Intervensi :
• Kaji tingkat pengetahuan klien atau orang terdekat dan kemampuan atau kesepian belajar klien.
• Berikan informasi dalam berbagai variasi proses pembelajaran.
• Berikan penekanan penjelasan tentang faktor resiko, pembatasan diet atau aktifitas, obat dan gejala yang memerlukan perhatian cepat atau darurat.
• Peningkatan untuk menghindari aktifitas isometrik, manuver valsava dan aktifitas yang memerlukan tangan diposisikan diatas kepala.
• Jelaskan program peningkatan aktifitas bertahap.
Rasional :
• Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental klien.
• Meningkatkan penyerapan materi pembelajaran.
• Memberikan informasi terlalu luas tidak lebih bermanfaat.
• Aktifitas ini sangat meningkatkan beban kerja miokard dan meningkatkan kebutuhan oksigen serta daoat merugikan kontraktivitas yang dapat memicu serangan ulang.
• Meningkatkan aktivitas secara bertahap meningkatkan kekuatan dan mencegah aktifitas yang berlebih.

DAFTAR PUSTAKA

Earpenito ( 2000 ), Diagnosa keperawatan aplikasi pada praktik klinis, Ed.6.EGC, Jakarta.
Doenges at al ( 2000 ), Rencana asuhan keperawatan, Ed.4.EGC, Jakarta.
Soeparman dan Waspadji ( 1990 ), Ilmu penyakit dalam, BP.PKUI, Jakarta.

No comments:

Post a Comment