Saturday, December 17, 2011

ASUHAN KEPERAWATAN KOLELITIASIS

ASUHAN KEPERAWATAN SALURAN SISTEM PENCERNAAN PADA BATU EMPEDU

A. DEFINISI

1. Batu saluran empedu : adanya batu yang terdapat pada sel, empedu ( Duktus Koledocus ).
2. Batu empedu ( Kolelitiasis ) : adanya batu yang terdapat pada kandung empedu.
3. Radang empedu ( Kolesistitis ) : adanya radang pada kandung empedu.
4. Radang saluran empedu ( Kolangitis ) : adanya radang pada saluran empedu.

B. ETIOLOGI

Batu di dalam kandung empedu. Sebagian besar batu tersusun dari pigmen – pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan protein.
Macam – macam batu yang terbentuk antara lain :
1. Batu empedu kolesterol, terjadi karena : kenaikan sekresi kolesterol dan penurunan produksi empedu.
Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu :
a. Infeksi kandung empedu
b. Usia yang bertambah
c. Obesitas
d. Wanita
e. Kurang makan sayur
f. Obat – obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol
2. Batu pigmen empedu, ada dua macam ;
a. Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai hemolisis kronik / sirosis hati tanpa infeksi.
b. Batu pigmen coklat : bentuk lebih besar, berlapis – lapis, ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan infeksi.
3. Batu saluran empedu
Sering dihubungkan dengan divertikula duodenumdidaerah vateri. Ada dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian divertikula oleh makanan akan menyebabkan obstruksi intermiten duktus koledokus dan bendungan ini memudahkan timbulnya infeksi dan pembentukan batu.

C. MANIFESTASI KLINIK

Kelainan ini frekuensinya meningkat sesuai bertambahnya umur, mungkin tanpa gejala, mungkin pula terdapat gejala – gejala seperti :
1. Gangguan pencernaan, mual dan muntah.
2. Nyeri perut kanan atas atau kadang – kadang tidak enak di epigastrium.
3. Yang khas yaitu nyeri yang menjalar ke bahu dan subskapula.
4. Demam dan ikterus ( bila terdapat batu di duktus koledokussistikus ).
5. Gejala nyeri perut bertambah jika makan banyak lemak.

D. PATOFISIOLOGIS

Ada tiga faktor penting yang berperan dalam patogenesis batu kolesterol :
1) Hipersaturasi kolesterol dalam kandung empedu.
2) Percepatan terjadinya kristalisasi kolesterol.
3) Gangguan motilitas kandung empedu dan usus.
Adanya pigmen di dalam inti batu kolesterol berhubungan dengan lumpur kandung empedu pada stadium awal pembentukan batu.
Patogenesis batu pigmen melibatkan infeksi saluran empedu, stasis empedu, malnutrisi, dan faktor diet. Kelebihan aktivitas ensim β – glucuronidase bakteri dan manusia ( endogen ) memegang peran kunci dalam patogenesis batu pigmen pada pasien di negara timur. Hidrolisis bilirubin oleh emzim tersebut akan membentuk bilirubin tak terkonjungsi yang akan mengendap sebagai calcium bilirubinate. Enzim β – glucuronidase bakteri berasal dari kuman E. Coli dan kuman lainnya di saluran empedu. Enzim ini dapat dihambat oleh glucarolactone yang konsentrasinya meningkat pada pasien dengan diet rendah protein dan rendah lemak.

E. PATHWAYS




F. KOMPLIKASI

Komplikasi yang penting ialah terjadinya :
1. Kolesistitis akut
Kolesistitis akut adalah reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu. Patogenesis kolesistitis akut akibat tertutupnya duktus sistikus oleh batu terjepit. Kemudian terjadi hidrops dari kandung empedu. Patogenesis kolesistitis akut akibat tertutupnya duktus sistikus oleh batu terjepit. Kemudian terjadi hidrops dari kandung empedu. Penambahan volume kandung empedu dan edema kandung empedu menyebabkan iskemi dari dinding kandung empedu yang dapat berkembang ke proses nekrosis dan perforasi. Jadi pada permulaanya terjadi peradangan steril dan baru pada tahap kemudian terjadi superinfeksi baktei.
Kolesistitis akut juga dapat disebabkan lumpur batu empedu. ( Kolesistitis Akalkulus ).


2. Kolesistitis kronik
Suatu keadaan dimana mukosa dan jaringan otot polos kandung empedu diganti dengan jaringan ikat, dengan kemampuan memekatkan empedu hilang disebabkan oleh kolesistitis akut. Yang lebih jarang ialah koledokolitiasis, pankreatitis, kolangitis, abses hati, sirosis gilier, empiema dan ikterus obstruksi.

G. KLASIFIKASI

Pada umumnya batu empedu dibagi tiga tipe, yaitu :
1. Tipe Kolesterol
2. Tipe Pigmen Empedu
3. Tipe Campuran
Terjadinya batu kolesterol adalah akibat gangguan hati yang mengekresikan kolesterol berlebihan hingga kadarnya diatas nilai kritis klarutan kolesterol dalam empedu. Sedangkan tipe pigmen biasanya adalah akibat proses hemolitik atau infestasi. Escherichia Coli atau Ascaris Lumbricoides ke dalam empedu yang dapat mengubah bilirubin digluronida menjadi bilirubin bebas yang mungkin dapat menjadi kristal kalsium bilirubin.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Ultrasound ( US ) merupakan citraan pilihan pertama untuk mendiagnosis batu empedu dengan sensifitas tinggi melebihi 95% sedangkan untuk deteksi batu saluran empedu sensifitasnya relatif rendah berkisar antara 18 – 74 %.
2. ERCP ( Endoscopic retrograde cholangio pancreatography ) bermanfaat dalam mendeteksi batu saluran empedu dengan sensifitas 90% spesifisitas 98% dan akurasi 96%.
3. EUS ( Endoscopic Ultrasonography )
Suatu metode pemeriksaan dengan memakai instrumen gastroskop dengan echoprobe di ujung skop yang dapat terus berputar.
4. MRCP ( Magnetic Resonance Cholangio Pancreatography )
Teknik pencitraan dengan gama magnet tanpa menggunakan zat kontras, instrumen dan radiasi ion pada MRCP saluran akan terlihat sebagai struktur yang terang karena mempunyai intensitas sinyal tinggi sedangkan batu saluran empedu dengan intensitas sinyal tinggi, sehingga metode ini cocok untuk mendiagnosis batu saluran empedu.
5. Leukosit: 12.000 – 15.000 /iu (N : 10.000 iu ).
6. Bilirubin : meningkat ringan, ( N : < 0,4 mg/dl ).
7. Amilase serum meningkat ( N : 17 – 115 unit/100 ml ).
8. Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi sehingga menyebabkan penurunan absorsi vitamin K ( cara kapiler : 2 – 6 menit ).
9. USG : menunjukkan adanya bendungan atau hambatan, hal ini karena adanya batu empedu dan distensi saluran empedu ( frekuensi sesuai dengan prosedur diagnostik ).
10. Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography ( ERCP ), bertujuan untuk melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus duodenum.
11. PTC ( perkutaneus transhepatik cholengiografi ) : Pemberian cairan kontras untuk menentukan adanya batu dan cairan pankreas.
12. Cholecytogram ( untuk Cholesistitisis kronok ) menunjukkan adanya batu di sistim billiar.
13. CT Scan : menunjukkan gellbarder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu, obstruksi atau obstruksi joundice.
14. Foto Abdomen : gambaran radiopaque ( perkapuran ) galstones, pengapuran pada saluran atau pembesaran pada gellblader.

I. PENATALAKSANAAN

1. Konservatif
a. Diet rendah lemak
b. Obat – obat antikolinergik – antispasmodic
c. Analgesik
d. Antibiotik, bila disertai kolesisititis
e. Asam empedu ( asam keno deoksikolat ) 6,75 – 4,5 g/hari, diberikan waktu lama. Dikatakan dapat menghilangkan batu empedu, terutama batu kolesterol. Asam ini mengubah empedu yang mengandung banyak kolesterol ( lithogenic bile ) menjadi empedu dengan komposisi normal. Dapat juga untuk pencegahan, namun efek toksinnya banyak, kadang – kadang diare.
f. Pemberian cairan per infuse
g. Istirahat baring
h. Pasang NGT
2. Kolesistektomi
Dengan koklesistektomi, pasien dapat hidup normal, makan seperti biasa umumnya dilakukan pada pasien dengan kolik bilier / diabetes

No comments:

Post a Comment